Berita
Wednesday, July 30, 2025

Di Tengah Demam AI, CEO NVIDIA Justru Lebih Memilih Fisika?

Alberto Evan Argya

Selama lebih dari satu dekade, nasihat bagi siapa pun yang ingin sukses di bidang teknologi sangatlah sederhana: "Belajar coding." Itulah mengapa sangat mengejutkan ketika Jensen Huang, CEO NVIDIA, sebuah perusahaan yang berada di pusat revolusi kecerdasan buatan (AI), menawarkan perspektif yang berbeda.

"Jika saya berusia 20 tahun dan lulus hari ini," kata Huang, "saya mungkin akan memilih fisika daripada perangkat lunak."

Ini bukan sekadar komentar biasa. Ini adalah sinyal yang jelas tentang masa depan teknologi. Pandangan Huang menunjukkan bahwa gelombang inovasi berikutnya tidak akan terbatas pada perangkat lunak. Sebaliknya, inovasi itu akan dibangun di atas sains, material, dan pemahaman mendalam tentang dunia fisik.

AI Menerobos Batasan Perangkat Lunak

Secara historis, pengembangan AI adalah sebuah upaya digital yang berfokus pada penulisan algoritma cerdas dan pemrosesan kumpulan data raksasa. Menurut Huang, era ini sedang berevolusi. Masa depan AI bersifat fisik. Pikirkan tentang teknologi yang mendefinisikan dunia kita pada tahun 2025 dan seterusnya: mobil otonom yang menavigasi jalanan kota yang kompleks, drone cerdas yang mengirimkan paket, dan robotika canggih di rumah sakit dan pabrik. Inilah kecerdasan buatan dengan tangan, mata, dan roda. Tantangannya bukan lagi hanya tentang pemrograman; ini tentang merekayasa sistem cerdas yang dapat merasakan, memutuskan, dan bertindak di dunia nyata. Evolusi ini meluas hingga ke tingkat mikroskopis dengan bidang-bidang seperti komputasi kuantum dan ilmu material baru. Disiplin ilmu ini penting untuk menciptakan perangkat keras yang lebih kecil, lebih cepat, dan lebih efisien yang dibutuhkan untuk memberdayakan mesin cerdas di masa depan. Untuk membangun dunia yang lebih cerdas, kita perlu menguasai atom-atom yang menyusunnya.

Keahlian Teknologi Generasi Berikutnya: Mengapa Fisika Sangat Fundamental

Bagi mahasiswa dan para profesional yang merencanakan karier mereka, pergeseran ini sangatlah penting. Nasihat Huang bukanlah untuk berhenti coding, tetapi untuk membangun fondasi yang lebih kuat di bawahnya. Latar belakang dalam fisika, matematika, dan teknik memberikan pemikiran "prinsip pertama" (first principles) yang diperlukan untuk memecahkan masalah dunia nyata yang kompleks. Saat coding memberitahu komputer apa yang harus dilakukan, fisika menjelaskan apa yang mungkin terjadi. Para pemimpin masa depan adalah mereka yang dapat menjembatani dunia digital dan fisik.

Membangun Masa Depan: Tempat Sains Bertemu Perangkat Lunak

Era profesional yang sangat terspesialisasi dan bekerja sendiri mulai memudar. Inovasi sejati dalam AI kini akan terjadi di persimpangan berbagai bidang. Bayangkan insinyur yang memahami biologi, fisikawan yang dapat merancang chip komputer, atau programmer yang dapat membangun dan menerapkan robot. Masa depan adalah milik para pemikir interdisipliner yang dapat berbicara dalam bahasa sains dan perangkat lunak. Merekalah yang akan menjadi arsitek dari masa depan kita yang didukung AI.

Dunia Nyata adalah Platform AI Berikutnya

Pada akhirnya, pernyataan Jensen Huang bukanlah untuk menentang perangkat lunak, melainkan untuk sebuah visi yang lebih besar tentang apa yang bisa dicapai oleh AI. Tujuannya bukan hanya menciptakan internet yang lebih cerdas, tetapi membangun dunia fisik yang lebih cerdas dan responsif. Untuk mencapai itu, gelombang pionir berikutnya akan membutuhkan seperangkat alat yang dibangun di atas hukum fundamental realitas. Memahami alam semesta bisa jadi merupakan keahlian terpenting di era yang didominasi oleh kecerdasan buatan.

Share:
Artikel Lainnya